Sebuah lukisan merupakan cantoh dari seni rupa murni, tetapi apakah setiap lukisan merupakan seni murni, tentu saja ini dapat menimbulkan perdebatan yang barangkali akan
menjadi seru, sebagai contoh sebuah lukisan DIPONEGORO apakah lukisan tersebut hanya dinikmati keindahannya saja? apakah tidak ada tujuan lain selain dinikmati keindahannya saja? apakah tidak ada makna lain selain keindahan, apakah tidak ada tujuan lain pelukisnya pada saat dia membuat???
Akan saya beri cantoh lagi sebuah lukisan lagi yaitu LUKISAN KACA, yang tentu saja lukisan tersebut mempunyai maksud dan tujuan lain selain untuk keindahan, tetapi akan lebih jelas perbedaannya apabila kita amati lukisan KACAPATRI. jelas yang terakhir ini mempunyai fungsi praktis, yaitu untuk keindahan dan fentilasi agar sinar dapat masuk ke dalam rumah?? fungsi praktis inilah yang membedakan, apakah karya seni tersebut merupakan karya seni rupa murni atau terapan
Perbedaan ini akan lebih jelas jika kita mempelajari lebih jauh tentang seni murni dan seni terapan dengan melihat pengertian, jenis, dan contoh-contohnya :
Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.Seni rupa murni meliputi : seni lukis, seni grafis, seni patung, seni instalasi dan seni pertunjukan.
penjelasan di atas tentu saja masih perlu penjelasan lain, lebih detail misalnya membandingkan seni murni dan bukan seni murni dari berbagai segi, hala ini akan menjadi panjang.
SENI LUKIS MURNI
A. Lukisan Karya Raden Saleh
Para peserta seminar 200 Tahun Raden Saleh menikmati lukisan berjudul “Perkelahian dengan Singa, antara hidup dan Mati” (1870), karya pelukis Raden Saleh (1811-1880), di museum koleksi lukisan Istana Bogor, Jawa barat, Sabtu (26/6). Seminar tentang Raden Saleh yang diadakan di Jakarta 24-25 Juni 2010, dalam rangka memperingati HUT 40 tahun IKJ. (*dodo karundeng/ant/bo)
Lukisan tersebut pada tanggal 18 November 2005 dilelang di Cologne (Jerman) dengan harga pembukaan terendah 220.000,- Euro dan tertinggi 660.000 Euro. Akhirnya laku terjual 805.000,- Euro ! Jika kita kurskan ke Rupiah sekarang (21 Mei 2008 : 1 Euro = Rp. 14.618,15) maka nilai terjualnya sekitar Rp. 11,77 milyar !
A. Lukisan Karya
AD. PIROUS (Lahir/Born 1933)
A.D. Pirous dikenal dengan karya-karyanya yang bernafaskan islami. Pengungkapannya dalam lukisan lewat konstruksi struktur bidang-bidang dengan latar belakang warna yang memancarkan berbagai karakter imajinatif. Dengan prinsip penyusunan itu, pelukis ini sangat kuat sensibilitasnya terhadap komposisi dan pemahaman yang dalam berbagai karakter warna. Nafas spiritual suatu ketika muncul dalam imaji warna yang terang, saat yang lain bisa dalam warna redup yang syahdu, sesuatu juga bisa muncul dalam kekayaan warna yang menggetarkan. Sentuhan ragam hias etnis Aceh, yang memuat ornament-ornamen atau motif Buraq, juga memberikan nafas sosiokultural yang islami dalam lukisannya. Sebagai puncak kunci nafas spiritual itu, adalah aksentuasi kaligrafi Arab yang melafaskan ayat-ayat Suci Al Qur’an.
Dalam lukisan “Beratapkan Langit dan Bumi Amparan” (QS. Al Baqarah: 22a), 1990 ini, Pirous juga menghadirkan spiritualitas yang menyentuh. Latar belakang biru ultramarine membawa imaji tentang kedalaman kosmos yang tak terhingga. Di atas, menyembul bagian dari potongan-potongan bidang oker yang mencitrakan suatu massa langit. Di bawah, dua bidang putih dengan kaligrafi Al Qur’an tegak menjadi pondasi yang kokoh untuk citra bumi. Di antara imaji antara langit dan bumi itu suatu garis putih yang serupa cahaya membelah vertikal melewati kedalaman kosmos. Dengan berbagai karakter yang dapat dibaca lewat fenomena tekstual tersebut, maka garis yang serupa cahaya itu, dapat ditafsirkan sebagai cahaya keilahian yang menghubungkan langit dan bumi. Dalam lukisan-lukisan yang lain, pelukis ini sering membangun suasana alam untuk memberikan latar belakang yang kuat yang berhubungan dengan ayat-ayat Al Qur’an dalam lukisannya. Lewat penyusunan bidang-bidang, ruang, dan warna-warna tertentu, suasana dalam lukisan dapat memantulkan senja yang temaram, pagi yang jernih, ataupun malam yang syahdu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pirous juga berhasil mengembangkan seni lukis abstrak yang simbolis. Semua eksploitasi ide, medium, dan teknis tersebut akhirnya tidak hanya sekedar menempatkan Pirous sebagai pelukis kaligrafi yang handal, tetapi lebih jauh lagi mempertegas pencapaiannya sebagai pelukis spiritual islami.
sumber : https://dianvalen.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar